Tampilkan postingan dengan label makar jahat wahabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label makar jahat wahabi. Tampilkan semua postingan

Wahabiyah Mengkafirkan Umat Islam Tanpa Alasan Yang Benar


Wahabiyah Mengkafirkan Umat Islam Tanpa Alasan Yang Benar

الوهابية تكفّر كل المسلمين بغير حق والحقّ أنّهم هم الكفار

قال مفتي الحنابلة الشيخ محمد بن عبد الله بن حميد النجدي المتوفى سنة 1225 هـ في كتابه “السحب الوابلة على ضرائح الحنابلة” ص 276 عن محمد بن عبد الوهاب :”فإنّه كان إذا باينه أحد وردَّ عليه ولم يقدر على قتله مجاهرةً يرسل إليه من يغتاله في فراشه أو في السوق ليلاً لقوله بتكفير من خالفه واستحلاله قتله” انتهى.

وقال مفتي الشافعية ورئيس المدرسين في مكة أيام السلطان عبد الحميد الشيخ أحمد زيني دحلان في كتابه “الدرر السنية في الرد على الوهابية” صحيفة 46 :”وكان محمد بن عبد الوهاب يقول:”إني أدعوكم إلى التوحيد وترك الشرك بالله وجميع ما هو تحت السبع الطباق مشرك على الإطلاق ومن قتل مشركًا فله الجنة” انتهى.

وكان محمد بن عبد الوهاب وجماعته يحكمون على الناس (أي المسلمين) بالكفر واستباحوا دماءهم وأموالهم وانتهكوا حرمة النبيّ بارتكابهم أنواع التحقير له وكانوا يصرحون بتكفير الأمة منذ ستمائة سنة وأول من صرَّح بذلك محمد بن عبد الوهاب وكان يقول إني أتيتكم بدين جديد. وكان يعتقد أن الإسلام منحصرٌ فيه وفيمن تبعه وأن الناس سواهم كلهم مشركون (انظر “الدرر السنية” ص 42 وما بعدها).
وذكر المفتي أحمد بن زيني دحلان أيضًا في كتابه “أمراء البلد الحرام” ص 297ـ298 أن الوهابية لما دخلوا الطائف قتلوا الناس قتلاً عامًّا واستوعبوا الكبير والصغير والمأمور والأمير والشريف والوضيع وصاروا يذبحون على صدر الأم الطفل الرضيع ويقتلون الناس في البيوت والحوانيت ووجدوا جماعة يتدارسون القرءان فقتلوهم عن ءاخرهم ثم خرجوا إلى المساجد يقتلون الرجل في المسجد وهو راكع أو ساجد ونهبوا النقود والأموال وصاروا يدوسون بأقدامهم المصاحف ونسخ البخاري ومسلم وبقية كتب الحديث والفقه والنحو بعد أن نشروها في الأزقة والبطائح وأخذوا أموال المسلمين واقتسموها كما تقسم غنائم الكفار.

وقال أحمد بن زيني دحلان في “الدرر السنية” صحيفة 57 :”قال السيّد الشيخ علوي ابن أحمد بن حسن الحداد باعلوي في كتابه “جلاء الظلام في الرد على النجدي الذي أضلّ العوام”: والحاصل أن المحقق عندنا من أقواله وأفعاله (أي محمد بن عبد الوهاب) ما يوجب خروجه عن القواعد الإسلامية باستحلاله أمورًا مجمعًا على تحريمها معلومة من الدين بالضرورة مع تنقيصه الأنبياء والمرسلين والأولياء والصالحين، وتنقيصهم كفرٌ بإجماع الأئمة الأربعة” انتهى من كلام أحمد بن زيني دحلان.

فبان واتضح أن محمد بن عبد الوهاب هو وأتباعه جاؤوا بدين جديد ليس هو الإسلام، وكان يقول من دخل في دعوتنا فله ما لنا وعليه ما علينا ومن لم يدخل معنا فهو كافر حلال الدم والمال.

(Diambil dari kitab فضائح الوهابية Syaikh Fathi Al-Mishri Al-Azhari)
Seorang mufti madzhab Hanbali Syaikh Muhammaad bin Abdullah bin Humaid an-Najdi (w.1225 H) dalam kitabnya al-Suhubu al-Wabilah ‘ala Dhara-ih al-Hanabilah berkata tentang Muhammad bin Abdul Wahhab: “Sesungguhnya dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) apabila berselisih dengan seseorang dan tidak bisa membunuhnya terang-terangan maka ia mengutus seseorang untuk membunuhnya ketika dia tidur atau ketika ia berada di pasar pada malam hari. Ini semua dia lakukan karena ia mengkafirkan orang yang menentangnya dan halal untuk dibunuh.” (Muhammad al-Najdi, al-Suhubu al-Wabilah ‘ala Dhara-ih al-Hanabilah, Maktabah al-Imam Ahmad, hal. 276).

Mufti madzhab Syafi’i dan kepala dewan pengajar di Makkah pada masa Sultan Abdul Hamid Syekh Ahmad Zaini Dahlan mengatakan bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab pernah mengatakan: “Sesungguhnya aku mengajak kalian pada tauhid dan meninggalkan syirik pada Allah, semua orang yang berada dibawah langit yang tujuh seluruhnya musyrik secara mutlak sedangkan orang yang membunuh seorang musyrik maka ia akan mendapatkan surga”. (Ahmad Zaini Dahlan, al-Duraru al-Sunniyah fi al-Raddi ’ala al-Wahhabiyah, Kairo: Musthafa al-Babi al-Halabi, hal 46). Itulah pernyataan Muhammad ibn Abdul Wahhab dan kelompoknya yang telah menghukumi umat Islam dengan kekufuran, menghalalkan darah dan harta mereka serta mencabik-cabik kemuliaan nabi dengan melakukan bermacam-macam bentuk penghinaan terhadapnya. Mereka juga terang-terangan mengkafirkan umat sejak 600 tahun, dan orang yang pertama kali terang-terangan dengan hal itu adalah Muhammad ibn Abdul Wahhab, ia mengatakan: “Aku telah datang kepada kalian dengan agama yang baru”. Ia meyakini bahwa Islam hanya ada pada dia dan orang-orang yang mengikutinya dan bahwa manusia selain mereka seluruhnya adalah musyrik.
Mufti Ahmad Zaini Dahlan juga menuturkan dalam kitabnya Umara-u al Balad al Haram bahwa orang-orang Wahabi ketika memasuki Thaif mereka melakukan pembantaian massal terhadap masyarakat dalam rumah-rumah mereka, mereka juga membantai orang-orang tua dan anak-anak, rakyat dan pejabat, orang mulia dan yang hina. Mereka menyembelih bayi yang sedang menyusu di depan ibunya. Mereka juga membunuh manusia di rumah-rumah dan di toko-toko dan ketika mereka menemukan sekelompok orang yang sedang belajar al-Qur’an, mereka membunuh semuanya. Kemudian mereka masuk ke mesjid-mesjid dan membunuh siapapun yang berada di dalam mesjid yang sedang ruku’ atau sujud dan merampas uang dan hartanya. Kemudian mereka menginjak-injak mushaf, naskah kitab al Bukhari dan Muslim dan kitab-kitab hadits, fikih dan nahwu setelah mereka membuangnya di lorong-lorong jalan dan parit-parit serta mengambil harta umat Islam dan membagikannya sesama mereka layaknya membagi harta rampasan (ghanimah) orang kafir. (Ahmad Zaini Dahlan, Umara al-Balad al-Haram, hal. 297-298.

Ahmad Zaini Dahlan mengatakan: “Sayyid Syekh Alawi ibn Ahmad ibn Hasan al Haddad Ba’alawi dalam kitabnya Jala-u al Dhalam fi al Raddi ‘ala al Najdi al Ladzi Adhalla al ‘Awam mengatakan: Kesimpulannya bagi orang yang mencermati perkataan dan prilaku Muhammad ibn Abdul Wahhab akan mengatakan bahwa ia (Muhammad ibn Abdul Wahhab) telah menyalahi kaidah-kaidah Islam karena ia menghalalkan perkara-perkara yang disepakati akan keharamannya dan status haram tersebut telah diketahui dalam agama oleh semua umat baik yang alim ataupun yang bodoh sekalipun. Juga pelecehannya terhadap para nabi dan rasul, para wali dan orang-orang yang shalih. Pelecehan seperti ini adalah kekufuran dengan ijma’ para imam yang empat. Demikian pemaparan Ahmad Zaini Dahlan. (Lihat al-Durar al-Sunniyah fi al-Raddi ’ala al-Wahhabiyah hal. 57)
Dengan demikian menjadi jelas bahwa Muhammad ibn Abdul Wahhab dan para pengikutnya datang dengan membawa agama baru dan bukan membawa agama Islam. Dia pernah mengatakan: “Barang siapa yang masuk dalam dakwah kita maka baginya hak sebagaimana hak kita dan barang siapa yang tidak masuk dalam dakwah kita maka dia kafir halal darah dan hartanya.” (Muhammad bin Abdul Wahhab, Kasyfu al-Syubuhat, Saudi Arabia: Kementerian Wakaf dan Urusan Islam, hal. 7).
*) Keterangan: Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan dibukukan dalam buku “Radikalisme Sekte Wahabiyah”, silahkan dapatkan di toko buku terdekat di kota anda.
read more

wahabi:maulid nabi bid'ah,peringatan abdul wahhab wajib

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين, مكون الأكوان, مدبر الأزمان, الموجود أزلا وأبدا بلاكيف ولاجهة ولامكان , والصلاة والسلام على محمد سيد الأنبياء والمرسلين, وعلى ءاله الطاهرين وصحابته الطيبين, اما بعد

Selama ini kaum SAWAH (Salafy Wahabi) cuma bisa meributkan dan mempermasalahkan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh sebagian besar Umat Muslimin Ahlus Sunnah Waljamaah di seluruh dunia. Perdebatan ini sampai menimbulkan pertentangan dikarenakan kaum SAWAH yang tetap ngeyel dengan pendiriannya untuk Membid’ahkan dan Menganggap Sesat orang yang merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. Na’udzubillahi Min Dzalik.

Tak dipungkiri lagi, asal pemahaman Wahabi (yang kini terkenal dengan faham Salafy) tak bisa lepas dari Tokoh siapa lagi kalau bukan Muhammad Ibn Abdul Wahhab An-Najedi. Faham Wahabi yang “berkembang biak” di Saudi kini juga telah menjalar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Mereka bersemangat dengan slogan-nya, Menegakkan Al-Qur’an dan Sunnah, Kembali ke Manhaj Salaf, Tinggalkan TBC (Takhayul Bid’ah Khurafat).

Tapi tahukah anda? Para Ulama Wahabi Saudi juga melakukan Bid’ah yang sungguh-sungguh nyata Bid’ah! Mereka tak merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW tapi merayakan Pekan Muhammad Ibn Abdul Wahhab! Macam mana Pula ini? ^_^



Program ini diadakan di Riyadh, Saudi Arabia di bawah kelolaan University Islam (ala za’mihi) Muhammad Ibn Sa’ud Al-Islamiyah. Program yang berslogankan perayaan menyambut ” Pekan Muhammad Abdul Wahhab” ini diadakan selama seminggu bertujuan mengagungkan Muhammad Abdul Wahhab yang digelari sebagai Mujaddid oleh mereka. Golongan al-Wahhabiyah di Saudi ini mengundang sebanyak 150 peserta dari Saudi sendiri dan Luar Saudi.


Perayaan tersebut di resmikan oleh Amir Sulaiman Bin Abdul Aziz, Pemimpin di bumi Riyadh, perayaan yang meriah itu dihadiri oleh penduduk dari berbagai daerah, diantaranya pengajar-pengajar khusus kerajaan saudi, tenaga pengajar di universitas, dan tidak lupa juga mereka menjaring hadirin dari kalangan pelajar-pelajar. Para peserta yang hadir diberikan upah atau sumbangan karana memuji dan mengagungkan Muhammad Abdul Wahhab. Amat miris sekali mereka dibeli dengan harga yang murah, sehingga sanggup menggadaikan agama tercinta kepada rezim Al-wahhabiyah. Muktamar besar-besaran ini di adakan di dalam dewan besar Malik Faishal. Majelis ini dimeriahkan juga dengan kehadiran “Mufti wahhabiyah”, Abdul Aziz Bin Baz, yang merangkap sebagai ketua Am bagi Pejabat Al-Buhuts Al-Ilmiyyah Wal-ifta’ wad-dakwah wal-irsyad (ala-za’mihim) yang diiringi oleh Hasan Bin Abdullah Ali Syeikh, Menteri Pengajian Tinggi..

Para pembentang pada Program tersebut :
1.Ahmad Bin Abdul Aziz Ali Mubarak
2.At-Thuhami Naqirah
3.Muhammad bin Ahmad Al-’Aqily
4.Abdul Hafidz Abd ‘al
5.Yusuf Jasim Al-Hajjy
6.Ahmad Zubarah
7.Mahmud Syit Khattab
8.Amid Al-Jasir
9.Abdullah Utsaimin
10.Ismail Muhammad Al-Anshoriy
11.Muhamad Yusuf
12.Mana’ Khalil al-Qatthan
13.Soleh Bin Abdul Rahman Al-Athram
14.Abdullah Bin Saad Ar-Ruwaishid
15.Syiajuddin KakalKhail
16.Abdullah Abdul Majid
17.Al-Ghazali Khalil ‘Aid
18.Ali Abdul Halim Mahmud
19.Ahmad Abduh Nasyir
20.Muhammad Fathi Othman
21.Abdul Wahhab Ibrahim Abu Sulaiman
22.Muhammad Yusuf
23.Abdul Rahman Umairah
24.Abdul Karim Khatib
25.Muhammad Nasib Al-rifa’iy
26.Muhammad Muhammad Husain
27.Muhammad Abdul Rahman.
28.Soleh Auzjany
29.Abdul Bari Abdul Baqiy
30.Muhammad Salam Madkur
31.Abdul Fattah Muqallidil Ghunaimiy
32.Wahbah Zuhaily
33.Ismail Ahmad
34.Anwarul Jundiy
35.Abdul Halim Uwais
36.’Athiah Muhammad Salim
37.Mushtofa Muhammad Mas’ud
38.Muhammad Al-Sa’iid Jamaluddin
39.Najih ahyad Abdullah
40.Abdul Qudwas Al-Anshory





Kesimpulan :
Kata Wahabi : Cinta kepada Rasulullah Sollahu ‘alaihi Wassallam tidak boleh, Mengagungkan Nabi Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasallam tidak boleh, Ikut Imam Syafie tidak boleh, Ikut Imam 4 mazdhab tidak boleh, Menyambut Maulidurrasul dianggap bid’ah, ditambah lagi pelakunya layak dimasukkan ke dalam neraka, tetapi kalau merayakan Pekan Muhammad Abdul Wahhab?…. tidak bida’ah!. Mencintai dan mengagungkan Muhammad Abdul Wahhab?.. tidak Bid’ah, taklid & ta’asub kepada Muhammad Abdul wahhab?….tidak bid’ah.. Na’udzubillahi min dzalik!.

Sebenarnya golongan WAHABI ini tidak mencintai Nabi Muhammad SAW, bahkan wahhabiyah ini membenci habibuna Mushtofa Muhammad Sollallahu ‘Alaihi Wasalllam…

AKU BERSAKSI BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN AKU BERSAKSI BAHWA MUHAMMAD SAW ITU UTUSAN ALLAH.

MUHAMMAD SAW BIN ABDULLAH ADALAH NABIKU, BUKAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB. (AWAS JANGAN SALAH!!!!!)

Wallahua’lam
read more

Salah satu kesesatan Ibnu Taimiyah Bahwa Neraka Akan Punah

Pernyataan Kontroversial Ibnu Taimiyah Bahwa Neraka Akan Punahtermasuk kontroversi besar yang menggegerkan dari Ibn Taimiyah adalah pernyataannya bahwa neraka akan punah, dan bahwa siksaan terhadap orang-orang kafir di dalamnya memiliki penghabisan. Kontroversi ini bahkan diikuti oleh murid terdekatnya; yaitu Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah (Lihat Ibn al-Qayyim dalam Hadi al-Arwah Ila Bila al-Afrah, h. 579 dan h. 582).

Dalam karyanya berjudul ar-Radd ’Ala Man Qala Bi Fana’ an-Nar, Ibn Taimiyah menuliskan sebagai berikut:

”Di dalam kitab al-Musnad karya ath-Thabarani disebutkan bahwa di bekas tempat neraka nanti akan tumbuh tumbuhan Jirjir. Dengan demikian maka pendapat bahwa neraka akan punah dikuatkan dengan dalil dari al-Qur’an, Sunnah, dan perkataan para sahabat. Sementara mereka yang mengatakan bahwa neraka kekal tanpa penghabisan tidak memiliki dalil baik dari al-Qur’an maupun Sunnah” (Ar-Radd ‘Ala Man Qala Bi Fana’ an-Nar, h. 67).

Pernyataan Ibn Taimiyah ini jelas merupakan dusta besar terhadap para ulama Salaf dan terhadap al-Imam ath-Thabarani. Anda jangan tertipu, karena pendapat itu adalah ”akal-akalan” belaka. Anda tidak akan pernah menemukan seorang-pun dari para ulama Salaf yang berkeyakinan semacam itu. Pernyataan Ibn Taimiyah ini jelas telah menyalahi teks-teks al-Qur’an dan hadits serta ijma’ seluruh orang Islam yang telah bersepakat bahwa surga dan neraka kekal tanpa penghabisan. Dalam kurang lebih dari 60 ayat di dalam al-Qur’an secara sharih (jelas) menyebutkan bahwa surga dengan segala kenikmatan dan seluruh orang-orang mukmin kekal di dalamnya tanpa penghabisan, dan bahwa neraka dengan segala siksaan serta seluruh orang-orang kafir kekal di dalamnya tanpa penghabisan. Di antaranya dalam QS. Al-Ahzab: 64-65, QS. At-Taubah: 68, QS. An-Nisa: 169, dan berbagai ayat lainnya.

Kemudian di dalam hadits-hadits shahih juga telah disebutkan bahwa keduanya kekal tanpa penghabisan. Di antaranya hadits shahih riwayat al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

يقال لأهل الجنة: يا أهل الجنة خلود لا موت، ولأهل النار: خلود لا موت .رواه البخاري


”Dikatakan kepada penduduk surga: ”Wahai penduduk surga kalian kekal tidak akan pernah mati”. Dan dikatakan bagi penduduk neraka: ”Wahai penduduk neraka kalian kekal tidak akan pernah mati”. (HR. al-Bukhari)

Ini adalah salah satu kontroversi Ibn Taimiyah, -selain berbagai kontroversi lainnya- yang memicu ”peperangannya” dengan al-Imam al-Hafizh al-Mujtahid Taqiyyuddin as-Subki. Hingga kemudian al-Imam as-Subki membuat risalah berjudul ”al-I’tibar Bi Baqa al-Jannah Wa an-Nar”sebagai bantahan keras kepada Ibn Taimiyah, yang bahkan beliau tidak hanya menyesatkannya tapi juga mengkafirkannya. Di antara yang dituliskan al-Imam as-Subki dalam risalah tersebut adalah sebagai berikut:

”Sesungguhnya keyakinan seluruh orang Islam bahwa surga dan neraka tidak akan pernah punah. Kesepakatan (Ijma’) kayakinan ini telah dikutip oleh Ibn Hazm, dan bahwa siapapun yang menyalahi hal ini maka ia telah menjadi kafir sebagaimana hal ini telah disepakati (Ijma’). Sudah barang tentu hal ini tidak boleh diragukan lagi, karena kekalnya surga dan neraka adalah perkara yang telah diketahui oleh seluruh lapisan orang Islam. Dan sangat banyak dalil menunjukan di atas hal itu” (Lihat al-I’tibar Bi Baqa’ al-Jannah Wa an-Nar dalam ad-Durrah al-Mudliyyah Fi ar-Radd ‘Ala Ibn Taimiyah karya al-Hafizh ‘Ali ibn ‘Abd al-Kafi as-Subki, h. 60).

Pada bagian lain dalam risalah tersebut, al-Imam as-Subki menuliskan:

”Seluruh orang Islam telah sepakat di atas keyakinan bahwa surga dan neraka kekal tanpa penghabisan. Keyakinan ini dipegang kuat turun temurun antar generasi yang diterima oleh kaum Khalaf dari kaum Salaf dari Rasulullah. Keyakinan ini tertancap kuat di dalam fitrah seluruh orang Islam yang telah diketahui oleh seluruh lapisan mereka. Bahkan tidak hanya orang-orang Islam, agama-agama lainpun di luar Islam meyakini demikian. Maka barang siapa meyalahi keyakinan ini maka ia telah menjadi kafir” (Ibid, h. 67).

Dalil Tambahan:




[Al -ahzab (33):64] Sesungguhnya Allah mela’nati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka),




[Al -ahzab (33):65]mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong.

Dalam surat attaubat ayat 68:





[9:68] Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela’nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.
Dalam Surat Annisa 169:




[4:169] kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Kemudian di dalam hadits-hadits shahih juga telah disebutkan bahwa keduanya kekal tanpa penghabisan. Di antaranya hadits shahih riwayat al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

يُقَالُ لِأهْلِ الْجَنّةِ: يَا أهْلَ الْجَنّةِ خُلُوْدٌ لاَ مَوْت، وَلأهْلِ النّار: خُلُوْدٌ لاَ مَوْت (رواه البخاري)

”Dikatakan kepada penduduk surga: ”Wahai penduduk surga kalian kekal tidak akan pernah mati”. Dan dikatakan bagi penduduk neraka: ”Wahai penduduk neraka kalian kekal tidak akan pernah mati”. (HR. al-Bukhari)
read more

KITAB REKAYASA WAHABI

KITAB REKAYASA WAHABI Berjudul “JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT” Bukan Kitab Buatan Imam Nawawi

Dakwah Salafy Wahaby walaupun kita sering bertanya, Kenapa Marah Di Sebut Wahaby ? yang sulit di terima oleh dunia Islam, kecuali hanya sebagian kecil orang awam, sehingga menghalalkan segala cara demi sebuah faham yang mereka anggap benar, dakwahnya yang lebih pantas di sebut dengan fitnah terhadap Islam, Al-Quran, Hadits dan para Ulama Islam.

Karena setiap sisi syari’at Islam yang tidak sepaham dengan pemahaman mereka selalu ada cerita dusta dan fitnah terhadap Ulama, baik Salaf atau Khalaf, ketidaksiapan mereka dalam menyikapi perbedaan atau dengan kata yang lebih jelas WAHABY / SALAFY TIDAK MAMPU MENERIMA PERBEDAAN dan tidak cukup nya pendukung dakwah mereka, hingga memaksa mereka memutarbalikkan fakta dengan cerita dusta terhadap para pakar Ulama Islam separti Imam Mazhab empat, Syaikh Abdul Qadir Al-Jiilani, Ibnu Katsir, Imam Baihaqqi, Imam Asy’ari, Imam Nawawi, Ibnu Hajar al-Ashqalani, Shalahuddin al-Ayyubi dan masih banyak lagi, semoga Allah selalu menjaga Para Ulama Islam dari bermacam fitnah Wahaby.

Adapun yang ingin kami sampaikan di sini adalah cerita dusta terhadap Imam Nawawi yang bernama lengkap Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Marri asy-Syafi’i al-Asy’ari an-Nawawi, ada dua fitnah Wahabi terhadap Imam Nawawi yang saling bertolak-belakang, yaitu tuduhan sesat dan tuduhan taubat. Dan sudah banyak yang Membongkar Kitab Rekayasa Wahabi Yang Dinisbahkan Kepada Imam Nawawi Pengarang Kitab Riyadhus Shalihin ini.

1. Tuduhan sesat yang masyhur adalah mengenai kitab adzkar, dan tuduhan yang dilakukan oleh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin dalam kitab nya Liqa’ al-Bab al-Maftuh bahwa Imam Nawawi bukan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, tuduhan ini memang sudah lumrah, karena setiap yang tidak sama dengan mereka pasti dituduh sesat, lebih lagi karena Imam Nawawi adalah seorang Ulama Sufi dan beraqidah Asy’ari, fitnah ini telah dilemparkan oleh Wahabi terhadap semua Ulama Sufi dan beraqidah Asy’ari atau Maturidi, semua di cap sebagai ahlu bid’ah sesat, semoga Allah menolong semua penolong Islam.

2. Tuduhan bahwa Imam Nawawi telah bertaubat dari aqidah Asy’ari ke aqidah Salafy Wahaby, bukan Salafy murni, karena tidak ada takfiri antara Salaf dan Khalaf, fitnah ini bersumber dari sebuah rekayasa pembenci Imam Nawawi lewat lembaran-lembaran kitab rekayasa yang dinisbahkan kepada Imam Nawawi yang katanya “beliau sempat bertaubat dari aqidah Asy’ari dan kembali ke aqidah Salaf kira-kira dua bulan sebelum beliau wafat, dan sempat menulis kitab tentang aqidah Ulama Salaf serta mencela Asya’irah.

Akan tetapi kitabnya hilang dan yang tersisa hanya satu Juzuk/Jilid yang membahas tentang -KALAMULLAH HURUF dan SUARA-” sehingga jilid itu disebut “جزء الحروف والأصوات” -JUZK HURUF WAL ASHWAT- atau -JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT- atau جزء فيه ذكر اعتقاد السلف في الحروف و الأصوات -JUZK FI HI DZIKRU I’TIQAD SALAF FIL HURUF WAL ASHWAT- dan kitab rekayasa itu di tahqik oleh pentahkiq Wahabi yaitu Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati, agar penyamaran itu sempurna dan terkesan benar adanya, serta menumbuhkan keragu-raguan pada pengikut Ahlu Sunnah Waljama’ah yang beraqidah Asy’ari, Na’uzubillah min dzalik.

SEKILAS TENTANG KITAB REKAYASA [JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT] YANG DINISBAHKAN KEPADA IMAM NAWAWI

Kitab rekayasa tersebut dibuat seolah-olah Imam Nawawi menulis ringkasan [ikhtishar] dari dua kitab berbeda yakni kitab GHAYATUL MARAM FI MAS-ALATIL KALAM ” غاية المرام في مسألة الكلام” katanya itu kitab Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i, dan dari kitabnya Imam Nawawi sendiri yakni kitab at-TIBYAN FI ADABI HAMLATIL QURAN “التبيان في آداب حملة القرآن” sehinggah kitab kebohongan itu terdiri dari dua bagian, dan insyaallah akan kami jelaskan nanti mana yang dari kitab GHAYATUL MARAM dan mana yang dari at-TIBYAN.

Kitab kebohongan tersebut terdiri dari Muqaddimah dan 18 [delapan belas] pasal, yaitu:

PASAL: Tentang huruf dan apakah ia qadim atau hadits.
PASAL: Tentang Kalam Allah.
PASAL: Tentang itsbat harf bagi Allah ta’ala.
PASAL: Tentang itsbat suara bagi Allah ta’ala.
PASAL: Tentang bahwa qiraah itu dibacakan dan bahwa kitabah itu dituliskan.
PASAL: Tentang bahwa Kalam Allah itu didengarkan.
PASAL: Tentang Hadits-hadits yang menguatkan bahwa Kalam Allah itu didengarkan.
PASAL: Tentang wajib hormati Al-Quran.
PASAL: Tentang haram Tafsir Al-Quran tanpa ilmu.
PASAL: Tentang haram ragu dan jidal pada Al-Quran dengan cara yang tidak benar.
PASAL: Tentang tidak dilarang kafir mendengar Al-Quran dan dilarang menyentuhnya.
PASAL: Tentang menulis Al-Quran pada bejana lalu disirami air dan diberikan ke orang sakit.
PASAL: Tentang menghias dinding dan pintu dengan Al-Quran.
PASAL: Tentang sunnah menulis mushaf.
PASAL: Tentang tidak boleh menulis Al-Quran dengan najis.
PASAL: Tentang wajib menjaga mushaf dan menghormatinya.
PASAL: Tentang haram terhadap orang berhadats menyentuh mushaf dan membawanya.
PASAL: Tentang melarang anak-anak dan orang gila membawa mushaf.

Dari dua bagian kitab rekayasa ini disebutkan bahwa bagian pertama yaitu tujuh Pasal awal mulai dari [PASAL: Tentang huruf dan apakah ia qadim atau hadits.] sampai akhir [PASAL: Tentang Hadits-hadits yang menguatkan bahwa Kalam Allah itu didengarkan.] itu diringkas dari kitab GHAYATUL MARAM FI MAS-ALATIL KALAM karya Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i, dan bagian kedua yaitu sebelas Pasal selanjutnya mulai dari [PASAL: Tentang wajib hormati Al-Quran.] sampai akhir [PASAL: Tentang melarang anak-anak dan orang gila membawa mushaf.] itu ringkasan dari kitab Imam Nawawi sendiri yakni kitab at-TIBYAN FI ADABI HAMLATIL QURAN.

Skenario yang hampir bisa dibilang sempurna, mencampurkan yang haq dengan yang batil, agar yang batil sekilas terlihat haq, tapi Allah akan selalu menolong para penolong Agama, cepat atau lambat rekayasa, fitnah dan cerita dusta itu pasti akan nampak juga pada waktunya.Insyaallah

ALASAN MENOLAK DINISBAHKAN KITAB REKAYASA [JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT] TERSEBUT KEPADA IMAM NAWAWI

1. Bahwa Syaikh Fakhruddin Abu Abbas Ahmad Ibn Hasan Ibn Utsman al-Armawi asy-Syafi’i ini orang tidak dikenal [OTK] bahkan tidak pernah ada sama sekali dalam jajaran Ulama Syafi’iyyah dalam kitab mana pun, bahkan lagi pentahqik kitab itu pun tidak kenal dengan Abu Abbas al-Armawi ini, tidak mungkin orang yang dipuji setinggi langit oleh Imam Nawawi dalam kitab itu tidak tercatat dalam sejarah, apalagi dalam peristiwa sebesar ini [seandainya itu benar adanya], tapi jangankan kehidupannya, kuburnya pun tidak ada, benar-benar ini tokoh fiktif belaka.

2. Bahwa kitab rekayasa GHAYATUL MARAM FI MAS-ALATIL KALAM karya Abu Abbas al-Armawi tersebut tidak pernah ada sama sekali, karena orang nya memang tidak pernah ada, bagaimana mungkin Imam Nawawi meringkas kitab yang tidak pernah ada itu.

3. Bahwa Imam Nawawi tidak punya guru yang bernama Abu Abbas al-Armawi, bahkan dalam kitab rekayasa itu sendiri, pentahqik lupa menambah Abu Abbas al-Armawi dalam jajaran guru Imam Nawawi.

4. Bahwa aqidah Ulama salaf bukan seperti tersebut dalam kitab rekayasa itu, tapi Tafwidh ma’at Tanzih atau Takwil Ijmali tanpa Takyif, Tasybih dan Ta’thil, itu Manhaj Taymiyyin yang belum ada masa Imam Nawawi.

5. Bahwa dalam kitab Biografi Imam Nawawi tidak pernah ada sejarah bahwa Imam Nawawi pernah menulis kitab rekayasa tersebut yakni [JUZK FIL HURUF WAL ASHWAT].

6. Bahwa tidak disebutkan siapa penemu kitab rekayasa itu dan kapan ditemukannya, tidak ada murid atau keluarga atau Ulama semasa Imam Nawawi yang tau adanya kitab itu, dan baru ketahuan setelah ratusan/ribuan tahun kemudian saat kitab itu ada ditangan pentahqik Wahabi yakni Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati, dan kemungkinan besar inilah biang fitnah ini.

7. Bahwa banyak pembesar Wahabi juga tidak percaya dengan keberadaan kitab rekayasa itu, hingga Imam Nawawi di cap sesat karena beliau seorang Sufi beraqidah Asy’ari.

8. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati selaku pentahqik sekaligus “penemu” kitab rekayasa itu adalah pembenci Imam Nawawi dan anti Sufi juga anti Asy’ari.

9. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati adalah orang pikun hingga nampak kedustaannya yaitu salah menetapkan tanggal dalam kitab rekayasa itu, dalam Muqaddimah ia sebutkan bahwa kitab itu selesai ditulis oleh Imam Nawawi pada Kamis 3 Rabiul Akhir 676 H [في الخميس الثالث من شهر ربيع الآخر سنة 676 هـ] tapi pada akhir kitab ia sebutkan kitab itu selesai pada Kamis 3 Rabiul Awwal 676 H [الخميس الثالث من شهر ربيع الأول سنة ست وسبعين وستمائة.]

10. Bahwa Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati juga melakukan kesalahan ketika mentahqik mengubah ibarat dari dasar nya (فرغنا منه صبيحة الخميس) menjadi (فرغنا من نسخه الخميس).

Sudah cukup alasan untuk tidak menerima penisbahan kitab rekayasa tersebut kepada Imam Nawawi, tapi lebih layak kitab itu dinisbahkan kepada Abu Fadhl Ahmad Ibnu Ali ad-Dimyati selaku pentahqik sekaligus “penemu” kitab itu.

Semua fitnah Wahabi yang timbul di setiap masa pasti telah dijawab oleh Ulama pada masa itu, karena memang sudah menjadi kewajiban atas Ulama untuk terus menjaga kemurnian Islam, dan kemuliaan Ulama Ahlu Sunnah Waljama’ah, apalagi yang dicela oleh Wahabi adalah Ulama sekelas Imam Nawawi, seorang pendekar Madzhab Syafi’i, kasus dan modus seperti ini bukan pertama kali terjadi tapi sudah terjadi sebelumnya dan akan terjadi setelahnya juga.

Semoga Allah selalu menjaga kemurnian Islam dan para pejuang Islam dari fitnah berkedok Islam.

Hasbunallah wa ni’mal wakil.
read more
Design by Faham Wahabi Visit Original Post Ahlus Sunnah Wal Jama'ah