Islam Garis Keras, Imperialisme dan Wahabi (1)

Serangan terhadap menara kembar World Trade Centre (WTC), New York, Amerika Serikat, pada 11 September 2001 menjadi bagian penting dari sejarah umat manusia di bumi, khususnya bagi umat Islam, karena peristiwa itu membuat agama mereka dicap sebagai agama teroris.

Serangan terhadap WTC yang membuat simbol kemajuan ekonomi Amerika Serikat tersebut runtuh dan sedikitnya 3.000 orang tewas, menurut Presiden Amerika Serikat George W. Bush, dilakukan oleh organisasi militan Islam Al Qaeda yang dipimpin almarhum Osama bin Laden. Namun demikian, tak sedikit pakar teori konspirasi yang curiga kalau justru Amerika dan Yahudi lah dalang peristiwa terbesar pada awal abad 21 tersebut, karena hanya beberapa jam sebelum WTC diserang, orang Yahudi yang bekerja di kedua gedung pencakar langit tersebut berbondong-bondong meninggalkannya, sehingga tak seorang pun dari mereka yang menjadi korban. Yang lebih menarik, sudah menjadi rahasia umum jika Osama merupakan mantan binaan Central Inteligent Agency (CIA), dinas rahasia Amerika. Jadi, mengapakah orang yang dibina balik menyerang, sehingga Islam dicap sebagai agama teroris?

Islam militan, Islam garis keras atau apa lah namanya, merupakan salah satu bentuk perbuatan yang menyimpang dalam Islam, karena melalui Al-Qur’an surah Al-Qashash ayat 77 Allah berfirman; “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Dari firman ini jelas bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan yang berbuah kerusakan. Islam adalah agama damai yang mengajarkan umatnya untuk selalu sayang menyayangi, hormat menghormati, dan menjaga apapun yang dianugerahkan Allah dengan baik sehingga tidak mendatangkan mudharat. Itu sebabnya Islam disebut sebagai agama rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh umat.

Pada kata pengantar untuk buku Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, M.A. menyebutkan, sekte ekstrem dalam sejarah Islam telah ada sejak abad pertama Hijriyah, abad dimana Nabi Muhammad Saw. hidup. Kelompok ini menunjukkan diri di hadapan Rasulullah Saw. pada bulan Syawal tahun 8 Hijriyah. Ketika itu Rasulullah baru saja memenangkan perang Thaif dan Hunain dan memperoleh ghanimah (harta rampasan perang) yang melimpah. Oleh Rasullulah Saw., ghanimah tersebut dibagi-bagikan di Ja’ranah, tempat miqat umrah, dan para sahabat Rasulullah Saw. seperti Abu Bakar Siddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib , Sa’ad dan lainnya tidak mendapatkan bagian, namun para sahabat yang baru masuk Islam mendapatkannya, termasuk Abu Sufyan yang kaya raya.

Saat pembagian masih berlangsung, Dzul Khuwaishirah dari keturunan Bani Tamim menghampiri Rasulullah dan dengan kasarnya berkata; “Berlaku adillah, hai Rasulullah!” Rasulullah terkejut, dan berkata; “Celakalah kamu!Siapa yang akan berbuat adil jika aku saja tidak berbuat adil?”

Umar bin Khattab berkata; “Wahai Rasulullah, biarkan kupenggal saja lehernya.” Rasulullah menjawab; “Biarkan saja!”

Dzul Khuwaishirah meninggalkan Rasulullah, dan Rasulullah bersabda; “Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al Qur’an, tetapi tidak sampai melewati batas tenggorokannya (tidak memahami substansi misi-misi Al Qur’an, dan hanya hafal di bibir saja). Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka memerangi orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala. Kalau aku menemui mereka, niscaya akan kupenggal lehernya seperti kaum ‘Ad.” (HR. Muslim pada Kitab Az-Zakah, bab al-Qismah). Dalam riwayat yang lain, Rasulullah bersabda; “Mereka sejelek-jeleknya makhluk, bahkan lebih jelek dari binatang. Mereka tidak termasuk dalam golonganku, dan aku tidak termasuk dalam golongan mereka.” (HR. Shahih Muslim).

Menurut para ulama, kedua hadist ini menjelaskan bahwa Dzul Khuwaishirah akan memiliki keturunan yang meski pun rajin sholat, baik wajib maupun sunah, dan membaca Al Qur’an, namun cara berfikir dan perilakunya sama sekali tidak Islami, sehingga dapat diibaratkan seperti sudah bukan lagi muslim dan takkan pernah lagi berperilaku seperti layaknya muslim. Keturunan Dzul Khuwaishirah ini juga akan memerangi saudaranya sesama muslim, dan membela atau bahkan mendukung orang-orang kafir. Rasulullah Saw menegaskan, orang-orang ini layak dibunuh.

Apa yang disabdakan Rasulullah tersebut terbukti 29 tahun kemudian dengan dibunuhnya al-Khalifah ar-Rasyid ke-3 Utsman bin Affan pada 37 Hijriyah hanya karena mengangkat kerabatnya sebagai gubernur, dan berlanjut pada 17 Ramadhan 40 H dengan dibunuhnya Ali bin Abi Thalib hanya karena Ali berdamai dengan Gubernur Syam Muawiyah yang menuntut agar pembunuh Utsman segera dihukum (baca Islam yang Lurus dan yang menyimpang-3). Pada abad pertama Hijriyah ini pula, atau tepatnya pada 37 H, orang-orang yang terlibat pembunuhan terhadap Utsman membentuk sekte Khawarij, sekte radikal pertama dalam Islam, dan hampir 12 abad setelah Rasulullah Saw wafat, atau pada 1150 Hijriyah (1738 Masehi), sekte Salafi Wahabi hadir di muka bumi.

Khawarij dianggap sebagai sekte radikal karena sekte ini mengkafirkan semua orang yang berdamai atas kasus pembunuhan Utsman bin Affan, seperti Ali bin Abi Thalib, Muawiyah, dan lain sebagainya. Selain itu, selama sekte ini tumbuh dan berkembang pada zaman pemerintahan Bani Umayyah, sekte ini menjadi oposisi pemerintah dengan militansi luar biasa dan nekat, sehingga meski hanya berkekuatan 80 orang, mereka berani melawan penguasa. Jika di antara mereka ada yang tewas, mereka menganggapnya syahid. Sekte ini kemudin terpecah menjadi beberapa sekte, di antaranya Al-Azariqah, al-Ibadiyah, an-Najdat, dan Ash-Shufriyah. Yang paling ekstrim adalah sekte Al-Azariqah karena kelompok ini menganggap orang di luar Khawarij adalah kafir.

Pembunuhan terhadap Utsman, Ali, dan munculnya sekte Khawarij tak lepas dari campur tangan Abdullah bin Saba’, orang Yahudi asal Yaman yang disusupkan kaumnya untuk memecah belah Islam. Orang ini pula yang meng-create sekte Syi’ah. Bagaimana dengan Salafi Wahabi? Mengapa sekte ini juga dianggap radikal?

***

Bukhari dan Ahmad meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda sambil menunjuk ke timur Madinah; “Sesungguhnya fitnah-fitnah itu dari sana, sesungguhnya fitnah-fitnah itu dari sana, sesungguhnya fitnah-fitnah itu dari sana, dimana (dari sana) muncul tanduk setan”.

Abdullah Ibnu Umar r.a. berkata; aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda di atas mimbar, “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu di sana-sambil menunjuk ke timur Madinah- dari sana muncul tanduk setan.” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, dan imam yang lain).

Hadist-hadist yang isinya kurang lebih sama dengan kedua hadist ini lumayan banyak. Dari hadist-hadist ini diketahui kalau penyimpangan ajaran Islam yang memicu munculnya sekte-sekte banyak yang berpusat di suatu wilayah di timur Madinah. Wilayah manakah itu? Jawabannya pada hadist berikut.

Rasulullah Saw. bersabda; “Ya, Allah, berikanlah kami keberkahan kepada negeri Syam (kini bernama Syiria) kami. Ya, Allah, berikanlah kami keberkahan kepada negeri Yaman kami.” Orang-orang (dari Najd) meminta; “Juga kepada kegeri Najd kami, ya, Rasulullah?” Rasulullah Saw. menjawab; “Ya, Allah, berikanlah kami keberkahan kepada negeri Syam kami. Ya, Allah, berikanlah kami keberkahan kepada negeri Yaman kami.” Orang-orang (dari Najd) kembali meminta; “Juga kepada negeri Nadj kami, ya, Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda untuk ketiga kalinya; “Dari Najd timbul berbagai kegoncangan, fitnah-fitnah, dan dari sana munculnya tanduk setan.” (HR. Bukhari, Ahmad, Thabarani, Ibnu Hibban, dan lainnya).

Jadi jawabannya adalah, pusat berdirinya sekte-sekte yang menyimpang dari ajaran Islam adalah Najd, Saudi Arabia. Muhammad ibnu Abdul Wahab, pendiri sekte Salafi Wahabi, lahir di Najd. Begitupula Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab yang pada 10 H mengaku-ngaku sebagai nabi, dan mengirim surat kepada Rasulullah Saw agar bumi dibagi dua, separuh untuknya dan separuh lagi untuk Rasulullah. Nabi palsu ini dibunuh oleh Khalid ibnu Walid pada 11 H, pada masa pemerintahan Abu Bakar Siddiq.

Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi yang pada 11 H mengaku bertemu Jibril dan mendapat wahyu dari Allah SWT, juga berasal dari Najd. Nabi palsu ini diperangi Abu Bakar Siddiq dan kabur ke Syam. Pasukannya semua terbunuh. Pada akhir hayatnya, Thalhah bertobat kepada Allah dan kembali menjalani syariat Islam dengan benar.

Sajah binti al-Harits ibnu Suwaid at-Tamimah, nabi palsu pada 10 H yang juga ahli bahasa Arab dan tukang sihir, juga berasal dari Najd. Wanita ini merupakan nabi palsu saingan berat Musailamah, dan bahkan menikah dengannya. Setelah Musailamah tewas, dia bertaubat dan menjalankan syariat Islam dengan benar.

Yang paling menakjubkan dari sabda Rasulullah tentang Najd adalah Dzul Khuwaisirah yang menuding Rasulullah tidak adil, berasal dari Najd. Bahkan penampilan Dzul mirip dengan penampilan umumnya penganut sekte Salafi Wahabi, karena menurut Imam Nawawi, Dzul berjidat hitam, kepalanya botak, bersorban, tinggi gamisnya setengah kaki, dan bejenggot panjang. Jidat yang hitam berasal dari bertemunya jidat dengan lantai kala sholat. Ini menjelaskan kalau Dzul orang yang rajin sholat, baik yang wajib maupun sunah. Yang lebih menakjubkan, seperti halnya sekte Al-Azariqah yang merupakan sempalan sekte Khawarij, Salafi Wahabi pun menganggap kafir orang-orang yang tidak sejalan dengannya.

Pertanyaannya sekarang, apakah itu berarti ajaran sekte Salafi Wahabi merupakan pengejawantahan dari ajaran sekte Khawarij? Atau hanya memiliki kesamaan ajaran saja?

Sekarang mari ingat-ingat penampilan Imam Samudera, Amrozi, dan para pelaku bom Bali I dan Bom Bali II yang dihukum mati pada November 2008. Apa yang Anda dapatkan? Jidat yang hitam, jenggot, bersorban, dan celana panjang yang menggantung dan tidak mencapai mata kaki? Apakah ini berarti Imam Samudera cs merupakan pengikut Salafi Wahabi? Wallahusallam bissawab. Tapi yang pasti Imam Samudera cs menganggap Indonesia sebagai negara kafir karena menjadi ‘antek-antek’ Amerika Serikat, meski pun penduduk negara ini mayoritas Islam. Mereka bahkan menganggap kematiannya sebagai syahid, sama seperti keyakinan pengikut sekte Khawarij

1 komentar:

Ulinnuha mengatakan...

setiap golongan menganggap mereka (golongannya) paling benar, sikap terbuka untuk menerima kebenaran dan perbedaan memang kadang sulit diwujudkan. sikap tawajh perlu dibina dengan memohon pertolongan Allah dengan do'a dan rajin ibadah, semoga kita mendapat hidayahNya, aamiin....

Posting Komentar

Mohon jangan berkomentar memakai kata SARA,Kotor ataupun SPAM.

Mohon Jangan Menggunakan ANONYM,apabila anda tidak mengikuti peraturan ini saya akan menghapus komentar anda tanpa membacanya terlebih dahulu.
Pilihlah Name/URL lalu isi dengan nama anda (URL bisa anda kosongkan atau isi dengan URL http://wahabivssunni.blogspot.com/ saja apabila anda tidak memiliki blog atau website.
Terima kasih sudah berkunjung dan menyempatkan berkomentar,wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Design by Faham Wahabi Visit Original Post Ahlus Sunnah Wal Jama'ah